PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL
PT. SUKUN TEKSTIL KUDUS
oleh : Chusnul Latifa Dewi Yulinda / 12905
1.
Karakteristik air limbah
Air limbah adalah air dari suatu daerah pemukiman
yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang
untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan baik (Tchobanoglous, 1991).
Air limbah memiliki ciri-ciri yang dapat
dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Ciri-ciri
fisik
Ciri-ciri fisik utama air limbah adalah kandungan
bahan padat, warna, bau dan suhunya.
1. Bahan padat
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat
dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat
lainnya ( Fardiaz, 1992). Empat kelompok tersebut yaitu:
·
Padatan terendap (sedimen)
·
Padatan tersuspensi dan koloid
·
Padatan terlarut
·
Minyak dan lemak
2. Warna
Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai
untuk mengkaji kondisi umum air limbah. Air buangan industri serta bangkai
benda organis yang menentukan warna air limbah itu sendiri (Sugiharto, 1987).
3. Bau
Pembusukan air limbah adalah merupakan sumber
daribau air limbah (Sugiharto, 1987). Hal ini disebabkan karena adanya zat
organik terurai secara tidak sempurna dalam air limbah ( Yazied, 2009).
4. Suhu
Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih,
karena adanya tambahan air hangat dari perkotaan (Tchobanoglous, 1991).
b. Ciri-ciri kimiawi
Air limbah tentunya mengandung berbagai macam zat
kimia. Bahan organik pada air limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan
menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan air bersih
(Sugiharto, 1987). Pengujian kimia yang utama adalah yang bersangkutan dengan
amonia bebas, nitrogen organik, nitrit, nitrat, fosfor organik dan fosfor
anorganik (Tchobanoglous, 1991).
c. Ciri-ciri biologis
Pemeriksaan biologis di dalam air limbah untuk
memisahkan apakah ada bakteri-bakteri pathogen berada di dalam air limbah (Sugiharto,
1987). Berbagai jenis bakteri yang terdapat di dalam air limbah sangat berbahaya
karena menyebabkan penyakit. Kebanyakan bakteri
yang terdapat dalam air limbah merupakan bantuan
yang sangat penting bagi proses pembusukan bahan organik (Tchobanoglous, 1991).
2. Unsur dari sistem pengelolaan air
limbah modern
Unsur-unsur dari suatu sistem pengelolaan air limbah
yang modern terdiri dari:
1. Sumber air limbah
Sumber air limbah dari suatu daerah pemukiman
seperti perumahan, bangunan komersial dan industri.
2. Pemrosesan setempat
Sarana untuk pengolahan pendahuluan atau penyamaan
air limbah sebelum masuk ke sistem pengumpul.
3. Pengumpul
Sarana untuk pengumpulan air limbah dari
masing-masing sumber dalam daerah pemukiman.
4. Penyaluran
Sarana untuk memompa dan mengangkut air limbah yang terkumpul
ke tempat pemrosesan dan pengolahan.
5. Pengolahan
Sarana pengolahan air limbah sebelum dibuang dari
suatu daerah ke saluran irigasi.
6. Pembuangan
Sarana pengolahan limpahan yang sudah diolah dan
ampas padat yang didapat dari pengolahan.
Seperti dalam sistem penyaluran air bersih, dua
faktor penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah
adalah jumlah dan mutu (Tchobanoglous, 1991). Air limbah yang harus dibuang
dari suatu daerah pemukiman terdiri dari:
1. Air limbah rumah tangga
2. Air limbah industri
3. Air resapan/aliran masuk
4. Air hujan
Perkiraan besar air limbah kegiatan industri
bervariasi menurut jenis dan ukuran industri yang ada, pengawasan industri
tersebut, jumlah air yang pemakaiannya berulang, serta cara yang dipergunakan
untuk pemrosesan setempat, bila ada (Tchobanoglous, 1991). Berikut adalah
diagram hubungan antara unsur-unsur fungsional dari
sistem pengelolaan air limbah
(Gambar 1).
B.
Metode Pengolahan Air Limbah
Identifikasi
jaringan pengolahan
Jaringan
pengolahan air limbah pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu pengolahan primer,
pengolahan sekunder dan pengolahan tersier ( Sunu, 2001). Pengertian dari
ketiga pengolahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a.
Pengolahan primer
Pengolahan
primer semata-mata mencakup pemisahan kerikil, lumpur, dan penghilangan zat
padat yang terapung (Sugiharto,1987). Hal ini biasa dilakukan dengan
penyaringan dan pengendapan di kolam-kolam pengendapan. Buangan dari pengolahan
primer biasanya akan mengandung bahan organik yang lumayan banyak dan BOD-nya
relatif tinggi.
b.
Pengolahan sekunder
Pengolahan
sekunder mencakup pengolahan lebih lanjut dari buangan pengolahan primer. Hal
ini menyangkut pembuangan bahan organik dan sisa-sisa bahan terapung dan
biasanya
dilaksanakan dengan proses biologis mempergunakan filter, aerasi, kolam
oksidasi dan cara-cara lainnya (Tchobanoglous,1991). Buangan dari pengolahan
sekunder
biasanya mempunyai BOD5
yang kecil dan mungkin mengandung
beberapa mg/L oksigen terlarut.
c.
Pengolahan lanjutan (tersier)
Pengolahan
lanjutan dipergunakan untuk membuang bahanbahan terlarut dan terapung yang masih
tersisa setelah pengolahan biologis yang normal apabila dibutuhkan untuk
pemakaian
air kembali atau untuk pengendalian etrofikasi di air penerima
(Tchobanoglous,1991).
Pemilihan
seperangkat metode pengolahan tergantung pada berbagai faktor, termasuk sarana
pembuangan yang tersedia. Sebenarnya, perbedaan antara pengolahan primer,
sekunder dan tersier (lanjutan) hanyalah bersifat perjanjian, karena kebanyakan
metode pengolahan air limbah modern mencakup proses-proses fisik, kimiawi, dan
biologis dalam operasi yang sama.
Metode-metode
pengolahan fisik
Pada
umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, diinginkan
agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau
bahan-bahan yang terapung disisihkan (Dephut, 2004). Metode-metode pengolahan fisik meliputi penyaringan,
pengecilan ukuran, pembuangan serpih, pengendapan dan filtrasi
(Tchobanoglous,1991). Pengertian singkat masing-masing tahap di jelaskan
sebagai berikut:
a.
Penyaringan
Saringan
kasar atau kisi-kisi dengan lubang sebesar 2 inci (50mm) atau lebih
dipergunakan untuk memisahkan bendabenda terapung yang besar dari air limbah.
Alat-alat dipasang
di depan
pompa untuk mencegah penyumbatan. Saringan kasar dapat menyaring bahan yang
biasanya terdiri dari kayu, sampah dan kertas yang tidak akan membusuk dan
dapat
dibuang
dengan cara membakar, mengubur, atau memupuknya. Saringan menengah mempunyai
lubang antara 0,5 atau 1,5 inci (12 sampai 40mm). Saringan kasar dan menengah haruslah
cukup besar agar kecepatan aliran melalui lubanglubangnya tidak lebih dari
1m/detik. Hal ini membatasi
kehilangan
tinggi tekanan dan mengurangi kemungkinan terdorong lolosnya bahan yang harus
disaring melalui lubanglubang itu. Saringan halus dengan lubang antara 0,0625
hingga 0,125
inci (1,6 hingga
3mm) sering dipergunakan untuk pengolahan pendahuluan dari air limbah atau
untuk mengurangi beban kolam pengendapan pada instalasi kota di mana terdapat
limbah
industri berat. Saringan ini akan membuang hingga 20 persen bahan padat
terapung yang ada dalam air limbah. Penyaringan biasanya meliputi bahan organik
yang cukup banyak yang akan membusuk dan menjadi ganas, sehingga harus dibuang
dengan pembakaran atau penguburan (Tchobanoglous,1991).
b. Pengecilan ukuran
Alat
pengecil ukuran (penyerpih) adalah alat-alat yang dipergunakan untuk menggiling
atau memotong bahan padat limbah hingga berukuran kira-kira 0,25 inci (6mm).
Alat pengecil ukuran memecahkan persoalan pembuangan bahan saringan dengan
mengecilkan bahan padat ke dalam ukuran yang dapat diproses di tempat lain
dalam instalasi yang akan bersangkutan.
c.
Pembuangan serpih
Kolam
serpih yang direncanakan secara khusus dipergunakan untuk membuang
partikel-partikel anorganik (berat jenis kira-kira 1,6 hingga 2,65), misalnya
pasir, kerikil, kulit telur dan tulang yang ukurannya 0,2mm atau lebih besar untuk
mencegah kerusakan pompa dan untuk mencegah
penumpukan
bahan-bahan ini di dalam pencerna lumpur. Serpih dapat dipergunakan untuk
urugan atau diangkut bila tidak mengandung bahan organik terlalu banyak (Tchobanoglous,1991).
d.
Pengendapan
Fungsi
utama dari kolam pengendapan biasa dalam pengolahan air limbah adalah untuk
membuang bahan terlarut yang lebih besar dari air limbah yang masuk.
Pengendapan
mendapatkan
hasil endapan yang optimal melalui pengaturan besar kecilnya bak yang akan
dibangun (Sugiharto,1987). Bahan yang harus dibuang adalah yang tinggi
kandungan organiknya (50 hingga 75 persen) dan mempunyai berat jenis 1,2 atau
kurang. Kecepatan turun dari partikel-partikel organik ini biasanya rendah,
dapat hingga 1,25m/jam. Jenis-jenis sarana pengendapan yang dipergunakan
meliputi kolam serpih, tangki pengendapan biasa, kolam pengendapan
kimiawi,
tangki septik, tangki Imhoff, dan alat-alat lainnya (Tchobanoglous,1991).
e. Filter
cepat berbutir kasar dan pasir lambat
Penggunaan
filter cepat berbutir kasar guna membersihkan air buangan setelah pengolahan
sekunder. Filter pasir lambat kadang-kadang dipergunakan untuk pengolahan akhir
atau lanjuta setelah proses pengolahan sekunder atau lainnya. Air limbah
dialirkan terus-menerus
dengan
kecepatan kira-kira 0,4m/hari dan kegiatan penyaringan oleh pasir diandalkan
untuk membuang sebagian besar dari bahan padat terapung yang masih tersisa di
dalam air limbah (Tchobanoglous,1991).
Metode-metode
pengolahan biologis
Metode-metode
ini merupakan unsur-unsur pokok bagi hampir semua jaringan pengolahan sekunder.
Konsepsi dasar pengolahan biologis dapat dinyatakan bahwa pengolahan biologis
meliputi:
1. Konversi
bahan organik terlarut dan kolodial dalam air limbah menjadi serat-serat
biologis dan menjadi produk akhir.
2.
Pembuangan selanjutnya dari serat-serat sel, biasanya dengan cara pengendapan
gravitasi (Tchobanoglous,1991).
Walapun
konversi biologis dapat dilaksanakan baik dengan cara aerobik (dengan adanya
oksigen) maupun anaerobik (tanpa adanya oksigen), tetapi biasanya dipergunakan
konversi aerobik karena laju konversinya jauh lebih cepat daripada untuk
konversi anaerobik. Konversi biologis dari bahan organik oleh organisme mikro
yang terapung dilaksanakan dalam tangki-tangki yang disebut reaktor (Tchobanoglous,1991).
Dua jenis yang paling umum adalah reaktor
aliran
gabus (PFR) dan rektor taangki berpengaduk dengan aliran tetap (CFSTR). Salah
satu pengolahan biologis pertumbuhan terapung aerobik yang paling terkenal
adalah proses lumpur yang diaktifkan.
a. Proses
lumpur yang diaktifkan
Proses
lumpur aktif adalah proses biologik aerobik yang dapat digunakan untuk
menangani berbagai jenis limbah (Rahayu, 1993). Pada proses lumpur yang
diaktifkan, air limbah yang tak diolah atau yang diendapkan dicampur dengan
lumpur yang diaktifkan balik, yang volumenya 20
hingga 50
persen dari volumenya sendiri. Campuran itu akan memasuki suatu tangki aerasi dimana
organisme dan air limbah dicampur bersama dengan sejumlah besar udara. Pada kondisi
ini, organisme akan mengoksidasikan sebagian dari bahan limbah organik menjadi
karbon dioksida dan air, kemudian mensintesakan bagian yang lain menjadi
sel-sel mikrobial yang baru (Tchobanoglous,1991). Campuran itu lalu memasuki
suatu kolam pengendapan di mana organisme flokulan mengendap dan dibuang dari
aliran buangan. Organisme yang terendapkan atau lumpur yang diaktifkan kemudian
dikembalikan lagi ke ujung hulu dari tangki aerasi untuk dicampur lagi dengan
air limbah (Sugiharto,1987). Buangan dari instalasi lumpur aktif yang
dioperasikan dengan baik mempunyai mutu yang sangat tinggi, biasanya mempunyai
BOD yang lebih rendah daripada yang dihasilkan oleh filter tetesan. BOD5 dan konsentrasi bahan padat terapung dalam buangan ini
berkisar antara 10 dan 20mg/l untuk kedua kandungan tersebut
(Tchobanoglous,1991). Kolam aerasi biasanya memiliki kedalaman 3 hingga 5m dan
kira-kira lebarnya 6m. Panjangnya tergantung pada waktu penahanan, yang umumnya
bervariasi dari 4 hingga 8 jam untuk air perkotaan. Dari ruang aerasi bahan
buangan akan mengalir ke kolam
pengendapan
akhir dengan jangka waktu penahanan selama kira-kira 2 jam. Salah satu masalah
yang paling berat pada proses lumpur yang diaktifkan adalah fenomena yang
disebut penggumpalan, di mana lumpur dari tangki aerasi tidak mau mengendap.
Bila terjadi penggumpalan yang luar biasa, sebagian bahan padat terapung dari
aerator akan dialirkan
dalam
buangan (Tchobanoglous,1991). Keuntungan utama dari proses lumpur yang
diaktifkan
adalah
karena dapat menghasilkan buangan yang bermutu tinggi dengan kebutuhan luas
instalasi pengolahan yang minimum. Biaya awal lebih kecil daripada untuk
instalasi filter tetesan, tetapi biaya operasinya lebih besar karena kebutuhan energi
dari kompresor udara dan pompa-pompa sirkulasi lumpur (Tchobanoglous,1991).
b. Kolam
aerasi
Untuk kolam
aerasi pada dasarnya adalah sistem kolam untuk pengolahan air limbah di mana
oksigen dimasukkan dengan aerator-aerator mekanik dan proses fotosintesis
(Rahayu, 1993).
Penambahan oksigen merupakan salah satu usaha untuk pengambilan zat pencemar
(Sugiharto,1987). Kolamnya lebih dalam daripada kolam stabilisasi, sehingga
waktu
penahanan yang dibutuhkan lebih pendek. Efisiensi pengolahan sebesar 60 hingga
90 persen dapat diperoleh dengan waktu penahanan selama 4 hingga 10 hari. Kolam
aerasi itu sendiri sering dipergunakan untuk pengolahan limbah industri
(Tchobanoglous,1991).
c. Lagoon
Lagoon
adalah kolam dari tanah yang luas, dangkal atau tidak terlalu dalam (Rahayu,
1993). Air limbah yang yang dimasukkan kedalam lagoon didiamkan dengan waktu
yang cukup lama agar terjadi pemurnian secara biologis alami. Di dalam sistem
lagoon, paling tidak sebagian dari sistem biologis dipertahankan dalam kondisi
aerobik agar didapatkan hasil pengolahan sesuai yang diharapkan. Meskipun
suplai oksigen sebagian didapatkan dari proses difusi dengan udara
luar,
tetapi sebagian besar didapatkan dari hasil fotosintesis (BPPT, 2008).
Sumber Air Limbah Industri Tekstil
Limbah
tekstil merupakan limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil karena
terjadi proses pemberian warna (dyeing) yang di samping memerlukan bahan kimia juga memerlukan air
sebagai media pelarut (Dwioktavia, 2011). Industri tekstil merupakan suatu
industri yang
bergerak
dibidang garmen dengan mengolah kapas atau serat sintetik menjadi kain melalui
tahapan proses : Spinning
(Pemintalan) dan Weaving (Penenunan). Limbah industri tekstil
tergolong limbah cair dari proses pewarnaan yang merupakan senyawa kimia
sintetis, mempunyai kekuatan pencemar yang kuat. Bahan pewarna tersebut telah
terbukti mampu mencemari lingkungan. Zat warna tekstil merupakan semua zat
warna yang mempunyai kemampuan untuk diserap oleh serat tekstil dan mudah
dihilangkan warna (kromofor) dan gugus yang dapat mengadakan ikatan dengan
serat tekstil (auksokrom). Zat warna tekstil merupakan gabungan dari senyawa
organik tidak jenuh, kromofor dan auksokrom sebagai pengaktif kerja kromofor
dan
pengikat
antara warna dengan serat.Limbah air yang bersumber dari pabrik yang biasanya
banyak menggunakan air dalam proses produksinya. Di samping itu ada pula bahan
baku yang mengandung air sehingga dalam proses pengolahannya air tersebut harus
dibuang. Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk
hidup disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan
industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung
dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses
pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa
menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air limbah industri adalah salah satu
syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan. Larutan
penghilang kanji biasanya langsung dibuang dan ini mengandung zat kimia
pengkanji dan penghilang kanji pati, PVA, CMC, enzim, asam. Penghilangan kanji
biasanya memberi kan BOD paling banyak dibanding dengan proses-proses lain.
Pemasakan dan merserisasi kapas serta pemucatan semua kain adalah sumber limbah
cair yang penting, yang menghasilkan asam, basa, COD, BOD, padatan tersuspensi
dan zat-zat kimia. Proses-proses ini menghasilkan limbah cair dengan volume
besar, pH yang sangat bervariasi dan beban pencemaran yang tergantung pada
proses dan zat kimia yang digunakan. Pewarnaan dan pembilasan menghasilkan air
limbah yang berwarna dengan COD tinggi dan bahan-bahan lain dari zat warna yang
dipakai, seperti fenol dan logam. Di Indonesia zat warna berdasar logam (krom)
tidak banyak dipakai (dwioktavia, 2011).
Sistem
Pengolahan Air Limbah PT Sukun Tekstil
Teknologi
yang digunakan pada PT Sukun tekstil untuk mengolah air limbahnya adalah dengan
menggunakan proses lumpur aktif (activited sludge). Pengolahan limbah cair dilakukan
dengan mengkombinasikan antara metode fisika dan biologi. Metode fisika itu
sendiri terdiri dari berbagai tahap meliputi: penyaringan, pengendapan, dan
pendinginan. Sedangkan metode biologi dilakukan dengan cara pengembangan lumpur
aktif dan lagoon. Proses lumpur aktif adalah proses pengembalian sebagian
lumpur dari bak pengendapan menuju bak aerasi sebagai bahan tambah pemakan yang
akan menguraikan mikroorganisme yang terkandung pada air limbah. Di dalam
praktiknya, unit lumpur aktif dioperasikan dengan cara diaduk dengan menggunakan
mesin aerator agar pertumbuhan mikroorganisme akan membentuk gumpalan massa
yang dapat dipertahankan dalam suspensi. Untuk penanganan optimum, PT Sukun
Tekstil menambahkan nutrien berupa urea. Hal ini dilakukan agar lumpur aktif
yang diproduksi dari air limbah tidak mempunyai sifat pengendapan dan
penyaringan yang kurang baik.
Berikut
adalah skema pengolahan air limbah PT. Sukun Tekstil Kudus (Gambar 8).
Instalasi
Pengolahan Air limbah (IPAL) pada industri tekstil PT Sukun Tekstil meliputi:
1.
Saluran penyaringan
Saluran
penyaringan merupakan unit operasi yang dijumpai pertama dalam pengolahan air
limbah. Air limbah yang dihasilkan oleh unitunit penghasil limbah pertama kali
mengalir ke saluran penyaringan. Dari inlet ini, saluran penyaringan mulai
berfungsi menyaring bahanbahan kasar seperti plastik, kertas, kayu untuk tidak
masuk ke unit pengolahan selanjutnya. Kisi-kisi pada saluran penyaring yang ada
pada instalasi pengolahan air limbah PT Sukun Tekstil terbuat dari plastik
tebal yang memiliki lubang-lubang berdiameter 1,5cm. Terdiri dari 5 alat
penyaring yang terdapat pada saluran penyaringan. Saluran penyaringan ini
memilik dimensi panjang 45,75m, lebar 0,6m dan kedalaman 0,75m. Dan volume dari
bangunan tersebut adalah 20,5875m3.
Saluran penyaring memiliki fungsi diantaranya adalah:
1.
Menghindari kerusakan peralatan dalam unit pengolahan lainnya.
2.
Mengurangi beban proses pengolahan keseluruhan dan untuk meningkatkan
keefektifan pengolahan pada masing-masing unit.
3. Mengurangi
kontaminasi pada jalur pengolahan. Bahan-bahan kasar yang tersangkut/tersaring
diangkut secara manual dan dibuang sebagai sampah.
Berikut
adalah situasi lapangan saluran penyaringan (Gambar 9).
2.
Bak equalisasi
Setelah
melewati bangunan saluran penyaringan, air limbah dialirkan masuk ke bak
equalisasi. Bak equalisasi lebih dalam daripada saluran penyaringan. Bak
equalisasi memiliki dimensi panjang 45,75m, lebar 5,95m, kedalaman 1,75m.
Volume bak equalisasi adalah 476,372m3.
Dalam bak equalisasi terdapat mesin aerator yang berfungsi sebagai pengaduk dan
meningkatkan kadar oksigen dalam air limbah. Berbagai fungsi dari bak
equalisasi adalah:
1. Untuk
meratakan debit air limbah yang masuk ke unit pengolahan selanjutnya.
2. Sebagai
kolam penampungan pertama dan pencampuran air limbah dari berbagai kegiatan
produksi.
3. Untuk
menghomogenkan air limbah yang akan disalurkan pada unit instalasi selanjutnya.
Berikut
adalah situasi lapangan bak equalisasi (Gambar 10).
3.
Bak penyeragaman Setelah
air limbah terproses pada bak equalisasi, air limbah
mengalir
menuju bak penyeragaman. Bentuk dari bak penyeragaman adalah persegi panjang
yang memiliki dimensi panjang 45,75m, lebar 5,95m dan kedalaman 1,75m. Pada
bagian ini, arah aliran air limbah dibuat berkelok-kelok agar kecepatan
alirannya lebih seragam. Volume dari bak penyeragaman adalah 476,372m3. Gambar situasi dapat dilihat pada gambar 11.
Fungsi dari
bak penyeragaman diantaranya adalah:
1.
Meratakan debit air limbah yang mengalir.
2. Menghomogenkan
kembali air limbah yang berasal dari bak equalisasi.
3.
Meratakan atau menstabilkan pH air limbah.
4.
Bak pendinginan
Setelah
melewati bak penyeragaman, air limbah mengalir menuju bak pendinginan. Terdiri
dari dua bagian yang pertama berdimensi panjang 5m, lebar 5,95m dan kedalaman
1,75m. Sedangkan yang kedua memiliki dimensi panjang 40,75, lebar 5,95m dan
kedalaman 1,75m. Air mengalir dari bak penyeragaman menuju ke bagian pertama
dari bak pendinginan, kemudian dialirkan melalui pipa PVC dengan diameter
4inci. Sedangkan outlet dari pipa tersebut dibuat lubang kecil kecil
berdiameter 1cm. Hal itu dilakukan agar debit air limbah yang mengalir semakin
mengecil. Pada bagian kedua bak pendinginan terdapat sebuah aerator. Fungsi
dari bak pendinginan adalah:
1.
Menurunkan suhu air limbah itu sendiri.
2.
Menurunkan debit air limbah yang akan menuju pada unit instalasi selanjutnya.
Berikut
adalah situasi lapangan bak pendinginan (Gambar 12).
Denah dan
potongan dari bak penyaringan, equalisasi,
penyeragaman
dan pendinginan dapat dilihat pada gambar 13 dan 14.
5.
Bak aerasi
Unit
pengolahan limbah selanjutnya adalah bak aerasi. Air limbah setelah melalui bak
pendinginan, akan menuju bak aerasi terlebih dahulu sebelum dilanjutkan ke unit
pengolahan selanjutnya. Dalam bak aerasi, air limbah mendapat penambahan
oksigen dari putaran yang
dilakukan
oleh mesin aerator. Penambahan oksigen adalah salah satu usaha dari pengambilan
zat pencemar pada air limbah, sehingga konsentrasi zat pencemar pada air limbah
akan berkurang atau bahkan dihilangkan sama sekali (Sugiharto,1987).
6.
Bak sedimentasi (clarifier)
Setelah
diolah di bak aerasi, buangan air limbah akan menuju clarifier. Mempunyai bentuk bundar pada bagian
atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis. Desain ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengeluaran endapan dari dasar bak sedimentasi. Lumpur hidup akan
mengendap ke dasar tangki sedangkan lumpur mati akan dialirkan menuju saluran
lumpur yang akan dialirkan menuju bak pengetus pengendapan untuk dikurangi
kadar airnya karena lumpur mati sulit untuk terendap. Proses resirkulasi lumpur
dilakukan setiap saat dengan interval waktu yang tidak menentu. Lumpur yang
terendap di dasar tangki merupakan lumpur hidup. Lumpur hidup ini selanjutnya
akan menjadi lumpur matang yang siap untuk dikembalikan menuju bak aerasi. Ini
dilakukan untuk menambah kapasitas mikroorganisme untuk menguraikan
materi-materi organik yang berasal dari air limbah sebelum masuk bak aerasi.
Hasil olahan dari unit clarifier
akan dialirkan melewati pelimpah dan
menuju ke bak sedimentasi ke 2.
7.
Bak sedimentasi ke 2
Pada
dasarnya kinerja bak sedimentasi kedua dengan bak pertamahampir sama. Akan
tetapi, lumpur yang mengendap langsung disalurkan menuju bak pengetus
pengendapan. Bangunan ini berbentukvpersegi panjang dengan bagian dasarnya
memiliki kemiringan sudut 250.
Desain tersebut bertujuan agar endapan lumpur dapat berkumpul pada satu tempat
sebelum dibuang ke bak pengetus pengendapan. Bak sedimentasi memiliki dimensi
panjang 20m, lebar 6m, dan kedalaman 4m. Volume bangunan bak sedimentasi ke 2
adalah 343,5m3 . Fungsi dari bak sedimentasi ke 2
secara garis besar sama, hanya endapan lumpur tidak ada yang dikembalikan ke
bak aerasi.
8.
Filter pasir
Setelah
melewati bak sedimentasi ke 2, air limbah menuju proses selanjutnya pada
bangunan filter pasir. Penyaringan adalah pengurangan lumpur tercampur dan
partikel koloid dari air limbah yang melewatkan pada media yang porous.
Kedalaman penyaringan menentukan kebersihan air yang disaringnya (Sugiharto,
1987). Bangunan ini berbentuk persegi panjang, dengan dimensi panjang 6m, lebar
5m , dan kedalaman 2,5m. volume dari bangunan ini adalah 75m3. Air masuk ke saringan pasir kemudian mengalir turun.
Kemudian pengambilan air menggunakan pipa PVC dengan diameter 10cm. Fungsi dari
bangunan filter pasir adalah memisahkan zat padat dan zat kimia yang terkandung
pada air limbah. Berikut adalah diagram alur proses penyaringan dan situasinya
(Gambar 23 dan 24).
9.
Lagoon
Pada PT
Sukun Tekstil, unit pengoahan limbah terakhir sebelum air dibuang ke saluran
irigasi adalah lagoon. Pada lagoon, sistem aerasi dijalankan secara alami,
tanpa bantuan mesin aerator. Lagoon atau kolam ini termasuk kolam dangkal.
Metode ini merupakan metode pengolahan tambahan.
DAFTAR PUSTAKA
Alaert, G., diterjemahkan oleh Santika, S.,
1984, “ Metoda Penelitian
Air”,
Usaha Nasional, Surabaya.
BPPT, 2008, “Buku Air Limbah Domestik DKI”, Dapat dilihat di:
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuAirLimbahDomesti
kDKI/BAB9KOLAMLAGOON.pdf, (akses terakhir: 15
Juni
2012).
BPPT, 2008, “Publikasi Buku 10 Patek”, Dapat dilihat di:
http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/Buku10Patek/08TEKSTI
.pdf, (akses terakhir: 15 Juni 2012).
Dephut, 2004, “Informasi Setjen Pusstan”, Dapat dilihat di:
http://www.dephut.go.id/informasi/setjen/pusstan/info_5_1_060
4/isi_5.htm, (akses terakhir: 15 Juni 2012).
Dwioktavia., 2011, “Pengolahan Limbah
Industri Tekstil”, Dapat dilihat di:
http://dwioktavia.wordpress.com/2011/04/14/pengolahanlimbah-
industri-tekstil/, (akses terakhir: 15 Juni
2012).
Fardiaz, H., 1992, “Polusi Air dan
Udara”, Kanisius, Yogyakarta
Hidayat, W., 2008, “Teknologi
Pengolahan Air Limbah”, Dapat
dilihat di:
http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-airlimbah/,
(akses terakhir: 15 Juni 2012).
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
KEP-51/MENLH/10/1995.
Rahayu, Betty S., 1993, ”Penanganan Limbah
Industri Pangan”, Kanisius,
Yogyakarta.
Siregar, S.A., 2005, “ Instalasi
Pengolahan Air Limbah”, Kanisius,
Yogyakarta.
Sugiharto, 1987, “Dasar-Dasar
Pengolahan Air Limbah”, Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Sunu, P., 2001, “Melindungi
Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001”,
Penerbit PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Tchobanoglous, G., 1991, Edisi ke tiga “Teknik Sumber Daya
Air”, Erlangga,
Jakarta.
artikel yang sangat bermanfaat. menjadi referensi tambahan dalam menjaga lingkungan hidup. masalah limbah cair selalu berkaitan dengan masalah lumpur (sludge). kami memiliki solusi dalam menyelesaikan masalah lumpur.untuk info lengkap silahkan klik disini.
ReplyDeleteApabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan solusi Chemical yang tepat kepada Anda,mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.Harga
ReplyDeleteTerjangkau
Cost saving
Solusi
Penawaran spesial
Hemat biaya Energi dan listrik
Mengurangi mikroba & menghilangkan lumut
Salam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Garment wash,Eco Loundry,Paper Chemical,Textile Chemical,Degreaser & Floor Cleaner Plant,Kaporit tablet,cair & serbuk,Freon R 22 dll
2.
Oli industri
Oli Hydrolik (penggunaan untuk segala jenis Hydrolik),Rust remover,Coal & feul oil additive,Cleaning Chemical,Lubricant
3.
Other Chemical
RO Chemical,Hand sanitizer,Disinfectant,Evaporator,Oli Grease,Karung,Synthetic PAO.. GENLUBRIC VG 68
C-PAO,Zinc oxide,Thinner,
Macam2 lem,Alat-alatlistrik,Packaging,Pallet,Almunium,Bata api std 230*114*65 mm,Bata Api Sk 34 itu bs ketahanan 1400°
Bata Api Sk 36 bs tahan 1600°,Semen sk 34 dan 36,Masing2 sama ketahanan suhunya
Lem Dextone
Spesialis Menjual TERPAL&TENDA
Nama2 barang/jual.Bahan2 Terpaluline: jerman,korea,A12korea,A12cina,canvas super,terpal A1 s/d A20,
*Tenda lipat,Terpal canvas/kain super,Tali tambang PE dan PP,tambang manila,Jaring anggrek,Jaring polynett(untuk konstruksi & bangunan),jaring PE dan waring(untuk perkebunan,perikanan,dll),Karung plastik,plastik mika,Bahan sunbrella/awning.Terpal plastik,parasheet,oxford,PVC Leather,PE/PP ROPE,ETC,TAS MOTOR dsb